Kamis, 12 Maret 2009

Terburu buru

Ev. Pengkhotbah 4:17-5:6
Ep. Ulangan 29-31
Nats: Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah (Pengkhotbah 5:1)



Di kota Bern, Swiss, ada menara dengan jam besar di atasnya. Usianya sudah 750 tahun, tetapi masih berfungsi. Uniknya, jam itu tidak punya jarum penunjuk menit! Orang zaman dulu rupanya tidak hidup tergesa-gesa. Waktu sehari hanya dibagi dalam hitungan jam. Belakangan baru orang membagi satu jam menjadi 60 menit. Pada zaman modern, satu menit dibagi lagi menjadi 60 detik. Makin akuratnya pembagian waktu membuat manusia bisa memakai waktu lebih efektif dan produktif. Namun juga membuat kita menjadi budak waktu. Tidak bisa tenang. Selalu terburu-buru karena dikejar jadwal dan target.


Tuhan mengajar kita untuk menghargai waktu. Nazar kepada-Nya harus digenapi tepat waktu. Sesuai jadwal. Tidak ditunda-tunda (ayat 3,4). Namun, hidup tidak boleh jadi serba terburu-buru. Saat berdoa, misalnya, kita diminta tidak "lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah" (ayat 1). Sediakan waktu untuk menenangkan diri lebih dulu. Benar-benar hadir di hadapan-Nya. Jika mulut asal berucap, tetapi pikiran masih ada di lain tempat, doa kita bisa menjadi"asbun" (asal bunyi). Sekadar rutinitas. Akibatnya, banyak terlontar janji gombal yang tidak kita amini dan tepati. Berbicara terburu-buru kerap membuat orang khilaf (ayat 5). Bicara tanpa pikir panjang!


Sediakanlah cukup waktu saat bersekutu dengan Tuhan, juga saat bercengkerama dengan keluarga dan teman. Pada momen-momen berharga itu, perlambat kecepatan hidup Anda. Jadilah rileks. Hadir dan nikmati tiap percakapan, sehingga relasi Anda jadi bermakna. Sibuk boleh, tetapi jangan mau diperbudak waktu!

ORANG YANG HIDUP TERBURU-BURU DARI PAGI HINGGA PETANG KERAP KEHILANGAN MOMEN INDAH YANG TAK TERULANG


http://www.glorianet.org
http://www.sabda.org

Pengkhotbah 4:17-5:6

1 (4-17) Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah
Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada
mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh,
karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.

2 (5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah
hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah,
karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu,
biarlah perkataanmu sedikit.

3 (5-2) Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak
kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak
perkataan.

4 (5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah
menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada
orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.

5 (5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar
tetapi tidak menepatinya.

6 (5-5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan
janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf.
Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan
merusakkan pekerjaan tanganmu?

7 (5-6) Karena sebagaimana mimpi banyak, demikian juga
perkataan sia-sia banyak. Tetapi takutlah akan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar