Senin, 02 Maret 2009

Beri Kami Harapan

Ev. Ibrani 6:9-20
Ep. Ulangan 7-9
Nats: Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir (Ibrani 6:19)


Film Flight of the Phoenix bercerita tentang pesawat pengangkut minyak yang terempas badai pasir di Gurun Mongolia. Dua penumpangnya tewas, radio rusak, dan badan pesawat pun berantakan. Dengan catu daya yang terbatas di tengah lingkungan yang tak ramah, masih adakah harapan bagi mereka yang bertahan hidup?

Seorang penumpang mengusulkan untuk merakit kembali pesawat baru dari rongsokan yang ada. Sang pilot menepiskan ide itu; menganggapnya menggelikan dan mustahil. Penumpang lain menyanggahnya. "Menurutku, orang cuma perlu satu hal dalam hidup ini," katanya. "Ia hanya perlu seseorang untuk dikasihi. Kalau kau tidak bisa memberikan itu, berilah mereka sesuatu untuk mereka harapkan."

Pengharapan meneguhkan kehidupan kita. Penulis Ibrani menggambarkan kehidupan ini sebagai kapal di lautan. Jiwa kita adalah kapalnya, yang mengangkut muatan berharga: anugerah keselamatan (ayat 9). Kita tengah berlayar menuju pelabuhan surga. Adapun pencobaan, penganiayaan, dan penderitaan adalah angin dan gelombang yang berpotensi mengandaskan kapal. Karenanya, kita memerlukan sauh yang memberikan kepastian dan keteguhan. Sauh itu tidak lain adalah pengharapan kita di dalam Yesus.

Di tengah dunia yang penuh gelombang ketidakpastian, kita dapat tetap tenang karena Yesus telah melabuhkan sauh kapal jiwa kita ke belakang tabir, yaitu ruang Mahakudus di surga. Hadirat Allah yang mulia itu tidak terpengaruh oleh keadaan dunia. Di sana Dia menjadi Imam Besar yang kekal dan tidak mungkin gagal menolong umat-Nya.

PENGHARAPAN KITA TEGUH KARENA TERPANCANG PADA BATU KARANG YANG TIDAK TERGUNCANGKAN


http://www.glorianet.org
http://www.sabda.org

Ibrani 6:9-20

9 Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami
berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki
sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan.

10 Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan
pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya
oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu
lakukan sampai sekarang.

11 Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan
kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik
yang pasti, sampai pada akhirnya,

12 agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi
penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat
bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.

13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia
bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang
lebih tinggi dari pada-Nya,

14 kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau
berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak."

15 Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia
memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.

16 Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan
sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan.

17 Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak
menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah
mengikat diri-Nya dengan sumpah,

18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang
mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari
perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau
pengharapan yang terletak di depan kita.

19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa
kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,

20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika
Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar