Rabu, 08 April 2009

Pengadilan Palsu

Di mana seharusnya orang beroleh keadilan? Tentu di pengadilan, tempat perkara diperiksa dengan saksama, fakta dan bukti dipertimbangkan dengan hati nurani yang bersih, dan panduan hukum yang sah menjadi alat untuk menyatakan benar atau salah. Faktanya, banyak kasus menunjukkan pengadilan yang kotor: hukum diputarbalikkan. Yang benar menjadi salah, yang salah dibenarkan.

Apa yang Yesus alami di Mahkamah Agama Yahudi adalah pengadilan palsu. Para pemimpin agama ini memang sudah sejak awal memiliki motivasi mempersalahkan Yesus. Maka upaya mereka bukan mencari kebenaran, tetapi mencari-cari kesalahan. Cara demi cara dipakai: mendatangkan saksi-saksi palsu untuk menjerat Yesus dalam kesalahan yang tidak pernah Ia lakukan. Mereka mencoba menjerat Yesus dengan perkataan-Nya mengenai bait Suci (ayat 58). Namun cukup dengan membungkam, Yesus melunturkan kesaksian palsu mereka. Akhirnya mereka menjerat Yesus dengan pertanyaan mengenai kemesiasan Yesus. Bagi pemimpin agama, pengakuan Yesus bahwa Dialah Mesias adalah bukti bahwa Yesus bersalah karena itu berarti menghujat Allah. Maka sepatutnya Ia dihukum mati (ayat 63-64). Bagi Yesus sendiri, itu justru merupakan kesempatan untuk menyatakan diri-Nya yang sebenarnya. Bahkan dalam pernyataan-Nya itu, Dia menghubungkan kemesiasan-Nya dengan kemuliaan yang akan Ia peroleh kelak dalam Kerajaan Allah (ayat 62).

Syukur kepada Tuhan, walau Ia menghadapi pengadilan yang culas dan divonis secara tidak adil, Ia bukan terpidana sesungguhnya. Justru dengan vonis kematian yang akan Ia jalani, kemenangan terhadap kuasa dosa dan maut yang membelenggu manusia termasuk para pemimpin agama waktu itu, dinyatakan. Jangan gentar ketika kita harus menghadapi pembenci kekristenan yang dengan berbagai cara curang mau menghancurkan kita. Kebenaran akan nyata karena Tuhan kita sudah dan terus akan membongkar pengadilan palsu dunia ini.

Markus 14:53-65

53. Kemudian Yesus dibawa menghadap Imam Besar. Lalu semua imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat berkumpul di situ.

54 Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar, dan di sana ia duduk di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api.

55 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya.

56 Banyak juga orang yang mengucapkan kesaksian palsu terhadap Dia, tetapi kesaksian-kesaksian itu tidak sesuai yang satu dengan yang lain.

57 Lalu beberapa orang naik saksi melawan Dia dengan tuduhan palsu ini:

58 "Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia."

59 Dalam hal inipun kesaksian mereka tidak sesuai yang satu dengan yang lain.

60 Maka Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"

61 Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"

62 Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."

63 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi?

64 Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.

65 Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya dan meninju-Nya sambil berkata kepada-Nya: "Hai nabi, cobalah terka!" Malah para pengawalpun memukul Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar