Jumat, 03 Juli 2009

SUDAH CUKUP?

Sekelompok orang kristiani Amerika mengunjungi seorang pendeta di Kolkata (dulu: Kalkuta-Red), India. Mereka ingin melihat bagaimana ia melayani penduduk miskin di daerah kumuh. Selang beberapa hari, mereka prihatin melihat sang pendeta setiap hari mengayuh sepeda menyusuri kota yang panas dan berdebu. Di akhir kunjungan, mereka ingin membelikannya mobil bekas. Namun, sang pendeta menolak rencana itu. Mengapa? Ia berkata, "Lebih baik uang sebanyak itu kita pakai untuk melayani orang miskin. Hidup saya sudah cukup nyaman."

Rasa cukup itu relatif. Paulus merasa berkecukupan "asal ada makanan dan pakaian" (ayat 8); sebaliknya, guru-guru palsu di Efesus selalu merasa kekurangan. Mereka sampai memanfaatkan pelayanan ibadah sebagai alat pencari keuntungan (ayat 5). Rasa cukup muncul dari cara orang memandang hidup. Orang yang gandrung mengumpulkan harta baru puas jika sudah punya segalanya. Padahal harta tak akan habis dikejar. Akibatnya, ia selalu merasa kekurangan. Sebaliknya, orang yang sadar bahwa harta itu fana, tak bisa dibawa mati, akan mencari yang lebih bernilai kekal. Baginya mencari Tuhan dan menaati perintah-Nya lebih utama dari mengumpulkan harta. Ini membuatnya merasa cukup dengan apa yang ada.

Adakah sebuah benda yang sangat ingin Anda miliki akhir-akhir ini? Benarkah Anda sangat memerlukannya atau sekadar ingin punya? Bisakah Anda hidup bahagia tanpanya? Memiliki harta benda tidaklah salah, tetapi jangan biarkan ia memiliki Anda. Jangan sampai kepuasan dan kebahagiaan hidup Anda ditentukan olehnya.

ORANG MISKIN BUKANLAH MEREKA YANG TAK PUNYA BANYAK HARTA MELAINKAN MEREKA YANG SELALU MERASA BERKEKURANGAN

Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan (1 Timotius 6:8,9)


1Timotius 6:3-10

3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut
perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus
-- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,

4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu
apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata,
yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,

5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran
sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu
adalah suatu sumber keuntungan.

6. Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.

7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan
kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.

8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan,
ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan
yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh
memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar